Kue sus adalah kue kesukaan saya sedari kecil. Kuenya yang lembut, manis, dan wangi selalu menjadi rebutan di keluarga saya saat Ibu membawanya pulang dari pasar atau hajatan. Begitu sukanya saya makan kue sus, terbesit dalam pikiran saya untuk mengajari murid kelas merah membuat kue ini, supaya meraka tahu betapa enak dan populernya kue satu ini di kalangan jajanan pasar pagi hari. Saya sudah membayangkan betapa serunya mengajari mereka membuat kue ini karena kue sus adalah kue yang tergolong menantang untuk dibuat.

Saya pernah mendengar pepatah “apa yang terlihat tidak seperti kelihatannya”, rupanya pepatah ini tepat menggambarkan situasi saat saya mengajari murid kelas merah membuat kue sus pertama kali. Saya pikir mengajari membuat kue sus adalah hal yang mudah dan pasti berhasil. Meski saya mempraktikkan tiap tahap pembuatannya dengan jelas, nyatanya pada percobaan pertama ini kami hanya berhasil membuat vla vanilla yang bertekstur lembut dengan kekentalan yang pas, meski kurang manis dari segi rasa. Untuk adonan kulit sus, jangan ditanya, kami gagal  membuatnya. Zonk!

Belajar dari percobaan pertama dan rasa trauma kami terhadap oven gas yang (kami duga) tidak kooperatif, maka di percobaan kedua ini kami memutuskan untuk menggunakan oven listrik dan gas dalam memanggang adonan kulit sus sebagai perbandingan manakah diantara keduanya yang lebih baik digunakan.  Hasilnya kulit sus mengembang dengan sempurna dan kokoh. Walau begitu, untuk isi banyak yang bilang bahwa rasa vla Vanilla masih terlalu manis. Topping Glaze green tea yang kami pikir baik digunakan sebagai penambah cita rasa ternyata justru memperparah keadaan wkwkwk. Baiklah tidak mengapa, tekstur vla sudah konsisten dan mengenai rasa, tenang masih bisa diperbaiki (peace).

Seperti sebelumnya, setiap selesai percobaan kami selalu melakukan evaluasi. Di percobaan ketiga ini, kami melakukan beberapa perubahan dan penambahan bahan untuk membuat vla vanilla supaya kue sus kali ini lebih pas di lidah orang pada umumnya. Rasa kue sus original tanpa tambahan topping yang kali ini kami buat justru mendapat tanggapan positif dari banyak orang yang mencicipinya. Responnya yaitu,“kulit sus lembut, kopong, tekstur vla nya bagus, lembut, rasanya pas dan harum”. Lega sekali rasanya. Bahkan ada beberapa orang yang bilang “apakah sudah bisa dipesan?”, tentu saja belum. Kami masih harus terus belajar perihal konsistensi. Pelajaran yang bisa kami petik dari pelajaran memasak kue sus bahwa tidak apa-apa gagal, asal terus mencoba mencari jalan supaya kita tahu manisnya keberhasilan. Mungkin jika tidak pernah gagal, maka kami tidak pernah belajar bagaimana mencari jalan keluar atas suatu permasalahan. Ah.. semoga kue sus ini memberi kenangan manis bagi murid kelas merah suatu hari nanti, seperti aku yang menyimpan kenangan manis terhadap kue ini.

(Oleh: Retno Wahyu Kusuma / Fasilitator Pendidikan Kelas Merah)